*Tantangan hari ke-16

#TantanganGurusiana

Bapak tiga anak ini memang luar biasa. Hidup single parent, berprofesi supir, jadi Pa RT, malah pernah mengabdi jadi Hansip/Linmas kampung. Kendati penyakit genetik menggerogoti tubuhnya. Didetik wafatnya, bersiap nyupir. **** Selasa (11/2) pagi Acu mendadak panik. Penjual jasa besi rakitan sibuk ngurusi tamunya yang mengalami gejala aneh. Tak lebih dari 10 menit tamunya mendadak tak sadarkan diri. Ia lunglai duduk di atas kursi, di saat asyik ngobrol dengan Acu. Ngobrol tentang nasibnya. "Pagi sekitar jam 8.30 Toton menghampiri saya saat di depan bengkel. Saya masuk ke dalam dia mengikuti. Gak lama ngobrol, dia langsung tak sadarkan diri. Denyut nadinya ga bekerja. Nafasnya berhenti. Kelihatannya dia meninggal dunia," tutur Acu mengenang detik-detik terakir tamunya. Tamunya Acu adalah tetangganya, hanya beda RW. Biasa menggunakan tenaganya untuk mengirim barang. Toton Sutomaskio, demikian nama lengkap pria 56 tahun ini. Selama ini Toton dikenal sebagai driver. Entah supir barang, atau pun antarjempur penumpang. Menurut Acu, pagi itu Toton menawarkan diri membawa mobilnya ke Indramayu. Dalam empat bulan terakhir, Toton beberapa kali ikut ke kota mangga itu karena ada pengerjaan proyek. Pagi itu ia sudah berpakaian kerja. Berkaos, celana panjang dan menyelipkan kacamata hitam di kaosnya. Beberapa menit sebelumnya, Toton mampir ke warung beras milik Edy. Bersebelahan dengan bengkel milik Acu. Di kios pedagang warga RW 01 Kemakmuran Pronggol Kota Cirebon ini Toton ngobrol seperti biasa. Edy mengaku, Toton berpesan jika hendak mengirim beras biar dirinya. Pagi sebelumnya, Toton keluar dari kediamannya di RT 06 menuju pasar besi Pronggol. Selain berprofesi supir, pria yang lama menduda ini juga sebagai ketua RT setempat. Bahkan pernah mengabdi sebagai petugas keamanan/Linmas kampung. Kondisi fisiknya kian menurun, memilih mundur jadi hansip malam. Setelah sarapan pagi di warung Bu Eni, yang juga ketua RT 05, Toton beranjak ke jalan depan. Sejak semalam menurut anaknya Papanya mau beli kuota internet. Kios kuota persis bersebelahan dengan kios beras. Di kios beras, Toton berbincang dengan Edi, juragan beras. Tak lama berselang, ia menghampiri Acu, juragan besi rangka. Toton bilang mau ikut ke Indramayu. Namun Acu belum mengijinkan karena mobilnya mogok, mungkin karena sudah tua. Seperti orang kalau sudah tua banyak yang dirasa. Mendengar penjelasan itu, Toton menyahutnya. "Iya, saya juga sudah tua. Saya ga tahu ke depan seperti apa," ujar Toton lirih ditirukan Acu. Ucapan Pak RT itu untuk terakhir kalinya didengar Acu. Setelah itu kepala Toton melihat ke atas langit bengkel. Wajahnya tampak serius, tegang. Terdengar suara jegukan. Setelah itu kepalanya merunduk, lemas tak bergerak. Acu merasa usia kawannya ini bakal pendek. Ia inisiatif mentaklinkan Pak RT yang diduga sedang proses sakaratul maut. Kepala Toton bergerak-gerak naik. Ada usaha untuk mengucap ulang lafadz "laillahailullah", menirukan ucapan Acu. Setelah itu tak ada gerakan, denyutan dan nafas Toton. Melihat glagat yang tidak baik, Toton dibawa naik becak yang mangkal di depan bengkel. Diketahui nyawa Toton sudah meregang. Innalillahi wainnailahi rojiuun... Sang supir itu tutup usia 56 tahun. Menyusul majikannya Amang, yang wafat belum genap 2 bulan. Semoga amal baik Pak RT diterima oleh Allah SWT. Aaamiin. Atas nama pengurus RW 01 Kemakmuran, saya menyampaikan duka cita. (*)